SITUBONDO, Zonapos.co.id – Para nelayan jaring tradisional pursein “seleret” Desa Pesisir Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo memilih untuk tidak berangkat melaut sejak beberapa hari ini dan terakhir karena kondisi padang bulan “tera’an/ terang” dan juga “paceklik“.
Hendrik Si Bolang, salah seorang nelayan di wilayah Besuki, menjelaskan kepada awak media Zonapos.co.id, keberadaan ikan di laut saat ini sangat minim akibat terang bulan. Musim terang bulan ini memengaruhi pergerakan ikan, sehingga para nelayan memilih untuk mengistirahatkan kapal mereka.
“Saat ini lagi musim padang bulan, sehingga keberadaan ikan di laut sangat minim. Dalam kondisi seperti ini rata-rata para nelayan lebih memilih untuk istirahat dan libur bekerja,” ujarnya. Minggu (29/10/2023)
Ia juga menjelaskan, biaya operasional saat melaut cukup besar, termasuk pembelian bahan bakar minyak solar. Dalam musim yang kurang menguntungkan seperti sekarang, hasil tangkapan yang sedikit bisa membuat nelayan mengalami kerugian.
“Para nelayan memilih untuk libur kerja dulu, dan waktu luang ini mereka manfaatkan untuk memperbaiki jaring Pursein mereka dan merawat kapal, seperti melakukan pengecatan dan memperbaiki papan kayu yang rusak,” tambahnya.
Sementara itu, Hj. Juhariya, seorang pedagang ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pesisir Besuki, mengungkapkan harga ikan layang dan ikan tongkol saat ini sangat mahal karena ketersediaan ikan yang terbatas. Untuk memenuhi permintaan akan ikan tongkol, para pedagang harus mengimpor ikan tersebut dari Muncar, Banyuwangi, yang disimpan dalam kardus ‘coldstored’.
“Harga 1 kilogram ikan tongkol mencapai Rp 25.000, dan harganya hampir seragam di pasaran. Untuk menjaga pasokan ikan tongkol yang biasa dijual secara eceran dan digunakan dalam berbagai masakan, kami mengimpor ikan tongkol dalam kardus ‘coldstored’ dari Muncar, Banyuwangi. Dengan cara ini, kami dapat menjaga ketersediaan ikan tongkol,” jelasnya.
Pewarta: H. Jubri, C.fls